Tittle : Marry me, please!!!
Author : Dita Eka Putri (dhytha)
Genre : Romance, Life
Length : Series
Rate : PG17
Main Cast : Lee Young Ah (Girls Day) aka Kim Yura
Hong Jong Hyun aka Lee Jong Hyun
Lee Howon (Infinite) aka Lee Hoya
Lee Hyeri (Infinite) aka Park Hyeri
Another Cast : Lee Sung Jong (Infinite) aka Sungjong
Yoon Bomi (A-Pink) aka Bomi
Disclaimer : FF ini di buat tidak untuk membash satu sama lain. 100% buatan sendiri, no plagiat.
Apabila ada kesamaan cerita itu hanya sebuah ketidak sengajaan.
Chapter 2
Cerita sebelumnya
“Yura-ah… Kim Yura” Jong Hyun berteriak-teriak mencari keberadaan Yura. Yura tidak bisa mendengar suara Jong Hyun karena ia berada di dalam kamar mandi sedang membersihkan kamar mandi. Jong Hyun akhirnya mendapati Yura di kamar mandi dan membuat Yura kaget.
“Kau sudah pulang? Ini bahkan belum jam makan siang, kau bilang sebelum makan malam. Ada apa? Ada yang tertinggal?” Yura berdiri dan menghampiri Jong Hyun.
“Yura-ah…” Jong Hyun menatap lekat mata Yura dan meraih tangannya. Yura terdiam dan merasa sedikit aneh dengan sikap Jong Hyun.
“Menikahlah dengan ku”
***
Jong Hyun dan Yura duduk di ruang tengah. Yura duduk dengan kaki bersilang dan kedua tangan dilipat di depan dadanya. Jong Hyun menumpukan kedua tangannya pada lututnya dan menatap Yura seolah menanti jawaban persetujuan.
“Jadi kau akan melunasi semua hutang ayah ku dan kau akan memberi ku tempat tinggal bahkan pekerjaan asal aku mau menikah dengan mu?” Yura mengangkat alis sebelahnya sebagai tanda tanya besar pada pernyataan Jong Hyun yang mengajaknya menikah secara mendadak.
“Dan menikah dengan mu hanyalah sebuah kepura-puraan di hadapan nenek mu?”
“Tidak hanya di depan nenek, tapi di depan semua orang. Jadi mereka akan meyakini bahwa kita benar-benar menikah. Yang padahal kebenarannya ini hanyalah sebuah pernikahan hitam di atas putih” Jong Hyun menyandarkan dirinya pada sandaran sofa empuk miliknya.
“Pernikahan hitam di atas putih… hah! Ini benar-benar menggelikan” Yura bergedik dan mengusap kedua lengannya.
“Jadi berapa lama aku harus bersandiwara?” Yura menatap Jong Hyun dan menginginkan jawaban yang pasti.
“Aku tidak mengetahui pasti, mungkin sampai nenek ku meninggal dunia?” Jong Hyun masih tidak bisa memprediksi dengan mengangkat kedua lengannya.
“Baiklah tidak masalah. Berapa lama pun itu, yang penting kau sudah berbaik hati melunasi semua hutang ayah ku dan berjanji akan memberikan ku sebuah rumah dan pekerjaan. Jadi kapan hitam di atas putih itu akan di tulis? Kau tidak akan menunggu tahun depan kan?” Yura bersandar dengan nyamannya dan semua beban pikirannya kini selesai sudah. Ia tak perlu lagi memikirkan ke mana ia harus pergi, di mana ia harus tinggal dan ia harus bekerja apa.
“Tentu saja secepatnya” jawab Jong Hyun.
“Tapi aku tidak ingin mendatangi surat perjanjian pernikahan kontrak kita jika kau belum benar-benar melunasi seluruh hutang ayah ku. Arraseo?” Yura melayangkan jari telunjuknya ke arah Jong Hyun. Jong Hyun tersenyum melihatnya dan senyuman Jong Hyun sedikit membuat Yura salah tingkah. Sebenarnya Yura sudah sedikit salah tingkah ketika Jong Hyun mengajaknya menikah dan ternyata Jong Hyun hanya ingin menikah dengan hitam di atas putih. Namun Yura berusaha terlihat biasa-biasa saja karena itu memang tidak mungkin jika Jong Hyun dengan tiba-tiba mengajaknya menikah yang padahal baru ia kenal semalam.
***
Jong Hyun menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah kantor. Ia melepaskan sabuk pengamannya dan mengalihkan pandangan pada Yura yang duduk di bangku penumpang.
“Di sini tempatnya?” Jong Hyun bertanya untuk memastikan. Yura mengangguk sembari melepaskan sabuk pengamannya.
“Kau sudah membawa semua surat tagihan hutangnya kan?” Jong Hyun memastikan.
“Sudah, kau tidak perlu mencemaskan semuanya, kau hanya perlu mengeluarkan uangnya saja.” jawab Yura yang kemudian bergegas turun dari mobil.
Jong Hyun dan Yura sedang duduk di hadapan laki-laki berpakaian rapi dengan rambut kelimis dan usianya sekitar tiga puluh tujuh tahun.
“Jadi kau datang untuk melunasi semua hutang ayah mu?” tanya laki-laki itu dengan memandang Yura dengan ketidak percayaan.
“Apa wajah ku kurang meyakinkan? ini adalah surat-surat tagihan hutang yang kau kirimkan sehari setelah meninggalnya ayah. Dan pihak pengadilan sudah menyita rumah kami, karena terbukti bahwa rumah itu dibeli dengan uang hasil penggelapan dana perusahaan. Aku sangat menyesali perbuatan ayah. Jadi total semua hutang ayah ku tiga puluh juta dolar kan?” Yura menyerahkan surat-surat penagihan hutang ayahnya.
“Iya benar, semuanya tiga puluh juta dolar.” Ucap laki-laki itu sembari menerima surat penagihan yang dikirimkannya.
“Ini cek sebesar tiga puluh juta dolar. Maaf aku tidak bisa memberi mu uang tunai, mengingat jumlah uang yang terlalu besar. Dan aku tidak terbiasa membawa uang sebanyak itu.” Jong Hyun menyerahkan cek bernilai tiga puluh juta dolar.
“Kau siapa? Apa hubungan mu dengan keluarga Kim?” laki-laki itu pensaran kenapa Jong Hyun yang memberikan cek bernilai tiga puluh juta dolar sebagai pelunasan hutang ayah Yura.
“Dia”
“Aku suaminya” ucap Yura dan Jong Hyun bersamaan. Dengan kaget Yura menatap ke arah Jong Hyun. Jong Hyun masih terlihat percaya diri dengan menatap wajah laki-laki itu. Laki-laki itu sedikit tidak percaya bahwa Jong Hyun adalah suami dari Yura.
“Suami? Jadi kapan kau menikah? Kenapa aku tidak mengetahui hal ini? Ini benar-benar mengejutkan.” Ucap laki-laki itu sembari tertawa yang dipaksakan.
“Kapan kami menikah sepertinya itu tidak penting bagi mu. yang terpenting sekarang kau sudah menerima cek tiga puluh juta dolar dan itu artinya semua hutang ayah mertua ku lunas. Dan kau harus mendatangi surat ini sebagai tanda terima cek pelunasan hutang.” Jong Hyun dengan tegas menyerahkan surat yang sudah bermaterai dan siap untuk di tanda tangani oleh laki-laki berambut kelimis itu.
Laki-laki itu hanya bisa diam mendengar ucapan Jong Hyun yang berhasil memojokkannya. Ia pun mendatatangani surat pernyataan tersebut di hadapan Jong Hyun dan Yura.
“Geurae, gamsahamnida ajushi. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi. Karena jika bertemu dengan mu, itu artinya aku sedang terlibat hutang. Dan aku tidak mau itu terjadi.” Ucap Yura sebagai kalimat terakhir sebelum meninggalkan kantor laki-laki itu. Kemudian ia dan Jong Hyun pergi.
***
Jong Hyun dan Yura berada dalam perjalanan pulang. Yura merasa canggung dan tidak enak hati pada Jong Hyun yang sudah berbaik hati melunasi semua hutang ayahnya.
“Aku tidak bisa berkata lain lagi kecuali terima kasih kau sudah membantu melunasi semua hutang ayah ku.” Yura mengucapkannya dengan malu-malu.
“Sudahlah, aku membantu mu karena kau juga bersedia membantu ku. Ini hanya sebuah imbal balik.” Jawab Jong Hyun dengan pandangan fokus ke arah jalan.
“Imbal balik… iya kau benar…” Yura memegang roknya menyembunyikan perasaan malunya.
“Besok nenek pulang dari rumah sakit, dan aku ingin segera mengenalkan mu pada nenek. Jadi bersandiwaralah dengan baik, seperti sandiwara ku di hadapan laki-laki rambut kelemis itu tadi” Jong Hyun tersenyum tipis dan sesekali memandang ke arah Yura.
“Ah baiklah. Kau tenang saja, aku akan bersandiwara dengan baik. Apa kau tau? Saat SMA aku mengikuti teater dan aku memerankan tokoh Cinderella dengan baik hingga mendapat juara nasional.” Yura mulai tidak bersikap canggung lagi seperti tadi.
“Tapi kali ini kau tidak menjadi Cinderella lagi, tapi kau menjadi istri ku” ucap Jong Hyun. Yura terdiam menatap Jong Hyun yang kini membuat bibirnya tersenyum tipis. Dan tanpa terasa mereka sudah sampai di rumah.
***
Jong Hyun sedang bersantai menonton tv. Yura keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang masih basah. Ia baru saja mencuci rambut panjangnya. Dengan polosnya dan tanpa mengetahui bahwa Jong Hyun sedang memandanginya, Yura mengeringkan rambutnya dan ia masih mengenakan jubah handuk yang hanya menutupi tubuhnya hingga atas lututnya. Yura pun mulai menyadari bahwa Jong Hyun sedang memandanginya.
“Kenapa kau melihat ku seperti itu? Ada yang salah dengan ku?” tanya Yura dengan wajah polos. Sedangkan Jong Hyun diam menahan dirinya yang sepertinya ingin melihat Yura lebih dekat. Namun ia masih mempunyai kekuatan untuk menolaknya.
“Tidak. Tidak ada yang salah. Aku… aku harus melihat beberapa dokumen penting di ruang kerja ku” Jong Hyun memberi alasan untuk menghindari memandangi Yura lebih lama lagi. Sementara Yura hanya mengangkat kedua bahunya dan kembali mengeringkan rambutnya.
Yura melihat pantulan dirinya di cermin dan terlihat ia sangat sexy. Dan ia pun baru menyadari sesuatu.
“Ommo!” pekik Yura dan ia mengingat bagaimana Jong Hyun tadi memandangnya. Kemudian ia menepuk-nepuk kepalanya pelan dan mengumpati dirinya sendiri.
“Bapo Yura-ah! Bapoya!” dengan segera Yura mengganti pakaiannya dan mengeringkan rambutnya. Sepuluh menit kemudian Yura menghampiri Jong Hyun yang berada di ruang kerjanya. Yura dengan pelan mengetuk pintu.
“Apa aku boleh masuk?” tanya Yura. Namun hening tak ada jawaban. Yura pun perlahan masuk. Ia melihat Jong Hyun tertidur di meja kerjanya.
“Bagaimana bisa ia tertidur dengan posisi seperti itu?” gumam Yura ketika melihat Jong Hyun menyandarkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja. Yura keluar dan kemudian kembali dengan sebuah selimut. Pelan-pelan ia menyelimuti Jong Hyun.
“Selamat malam Jong Hyun.” Gumam Yura pelan. Yura duduk di sofa ruang tengah. Ia merenung dengan hal-hal yang sudah di alaminya semenjak kepergian ayahnya.
“Terima kasih Tuhan, kau masih mengijinkan keberuntungan untuk berpihak pada ku” gumam Yura dan kemudian ia tertidur.
Keesokan paginya, Jong Hyun terbangun dan merasakan pinggangnya sakit karena semalam ia sudah tertidur dengan posisi terduduk. Ketika ia bangun, ia melihat sebuah selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Kemudian ia keluar sembari membawa selimut itu, ia menemukan Yura tengah tertidur pulas di sofa. Jong Hyun menghampirinya, ia menatap wajah Yura yang lucu saat ia sedang tidur. Yura menggeliat dan mengerjapkan kedua matanya, dan ia menemukan Jong Hyun sudah berdiri di hadapannya.
“Kau sudah bangun? Jam berapa ini? Apa aku kesiangan?” Yura terlonjak bangun, ia takut jika ia terbangun kesiangan. Karena hari ini mereka harus menjemput nenek pulang dari rumah sakit.
“Ini masih jam 6. Apa kau yang memberiku selimut ini?” Jong Hyun mengangkat selimut itu dan menunjukkannya pada Yura.
“Kau tertidur, aku tidak kuat untuk memindahkan mu. dan aku tega untuk membangunkan mu, jadi aku hanya bisa memberi mu selimut agar kau tidak terlalu merasa kedinginan.” Jawab Yura malu.
“Lalu kenapa kau tidur di sini? Bukankah kamar ku kosong. Kau bisa tidur di sana” ucap Jong Hyun yang menyakan alasan Yura tidur sofa.
“Bagaimana aku bisa tidur di kamar mu tanpa meminta ijin mu terlebih dahulu?” Yura mencari alasan.
“Ijin? Bukankah sebelumnya kau sudah tidur nyenyak di ranjang ku?” Jong Hyun meninggikan suaranya.
“Saat itu kan aku sedang mabuk, jadi aku tidak mengetahui apa-apa. Sekarang kan sudah tidak seperti itu lagi. Jadi kenapa kau seperti ini? Kau marah pada ku?” Yura merasa ia telah banyak merepotkan Jong Hyun. Jong Hyun yang menyadari bahwa ia terlalu keras berbicara dengan Yura, ia pun tidak menanggapi ucapan Yura lagi.
“Sudahlah, aku akan bersiap. Pukul depalan kita berangkat menjemput nenek” Jong Hyun menyeret selimutnya dan masuk ke dalam kamar. Yura melirik Jong Hyun dan bergumam.
“Benar-benar laki-laki yang aneh! Kadang terlihat lembut kadang terlihat galak. Orang seperti apa dia sebenarnya?” Yura mempoutkan bibirnya sebagai tanda kesal.
***
Yura dan Jong Hyun berada di dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai dua puluh. Yura terlihat gugup karena akan bertemu dengan nenek Jong Hyun. Jong Hyun melihat sesekali ke arah Yura yang sudah beberapa kali mengusap-usap tangannya dan mengcengkram rok nya. Setelah mereka berdua keluar dari lift, Jong Hyun memegang tangan Yura dan mengenggamnya dengan erat. Yura tersentak dan mendongakkan kepalanya menatap wajah Jong Hyun.
“Kita harus benar-benar membuat nenek yakin kalau kita sudah kenal lama dan kita adalah pasangan yang akan segera menikah. Seperti ini akan lebih meyakinkan bukan?” ucap Jong Hyun tersenyum pada Yura untuk membuat Yura sedikit lebih tenang.
“Baiklah calon suami ku, kita pergi menemui nenek dan kenalkan aku pada calon nenek mertua ku” Yura mengedipkan sebelah matanya dan mengandeng tangan Jong Hyun seperti layaknya sepasang kekasih sedang berpacaran. Jong Hyun hanya menjawabnya dengan anggukan dan sedikit senyuman geli dengan sikap lucu Yura.
Nenek Jong Hyun menatap Yura dari ujung kaki hingga ujung rambut. Yura memasang senyum senatural mungkin dan memberi hormat dengan membungkukkan setengah badannya.
“Annyeonghasimnika halmoni” ucap Yura sesopan mungkin.
“Nenek, dia adalah kekasih ku. Nama nya Kim Yura.” Jong Hyun memperkenalkan Yura kepada nenek sebagai kekasihnya.
“Hallo nenek, aku Kim Yura. Senang bisa bertemu dengan mu” ucap Yura memperkenalkan dirinya sendiri.
“Apa benar kau adalah kekasih cucu ku? Kenapa kau tidak pernah mengenalkannya pada ku Jong Hyun? Sudah berapa lama kalian berpacaran?” tanya nenek Jong Hyun.
“Kami”
“Dua tahun” ucap mereka berdua bersamaan. Kemudian Yura tersenyum kecil menatap Jong Hyun dan melanjutkan kalimatnya.
“Iya nek, kami sudah berpacaran selama dua tahun. Sebenarnya Jong Hyun sudah berkali-kali mengajak ku untuk menemui nenek. tapi aku menolaknya, karena aku malu dan merasa aku belum siap untuk bertemu dengan nenek. Jadi jangan salahkan Jong Hyun.” Yura berusaha memberikan pembelaan pada Jong Hyun.
“Benarkan itu?” nenek menatap Jong Hyun penuh pertanyaan.
“Yang dikatakan Yura benar. Aku terus membujuknya, dan akhirnya hari ini dia bersedia untuk bertemu dengan nenek” jawab Jong Hyun dengan karangan bebas yang berada di otaknya.
“Kau benar-benar cucu nenek yang hebat. Kau bisa membujuk gadis secantik dia. Seperti apa kedua orang tua mu Yura?” nenek menanyakan hal di luar dugaan Yura untuk bisa menjawabnya.
“Kedua orang tua meninggal dunia saat dia berusia empat tahun. Dia di besarkan oleh pamannya dan tinggal di Amerika. Ia kembali ke Korea saat usianya delapan belas. Aku bertemu dia saat aku mengikuti kegiatan sosial di Bunsan. Yura juga aktif di kegiatan sosial, sejak itulah kita sering bertemu.” Jong Hyun sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan tak terduga menurut Yura.
“Aku menyukai kegiatan sosial karena saat di Amerika paman ku sering mengajak ku mengikuti kegiatan sosial di sana. Aku kembali ke Korea karena aku rindu dengan tempat kelahiran ku dan aku memutuskan untuk tinggal, karena aku sudah bertemu dengan laki-laki yang aku cintai” Yura menambahkan cerita mengarang bebas Jong Hyun untuk lebih meyakinkan nenek Jong Hyun. Nenek Jong Hyun yang mendengar merasa terharu dan berdiri memeluk Yura. Yura tersentak dan membalas pelukan nenek Jong Hyun. Jong Hyun mengedipkan satu matanya pada Yura sebagai tanda bahwa mereka telah berhasil meyakinkan nenek Jong Hyun.
“Tak perduli bagaimana masa lalu mu, aku senang karena kau mau menjadi pasangan hidup Jong Hyun dan akan menemani Jong Hyun. Kau gadis cantik dan baik. Jong Hyun benar-benar pintar mencari calon istri.” Nenek terus memuji Yura. Yura tampak tak enak hati dan merasa sedikit besar kepala karena berkali-kali ia di bilang cantik. Tapi itulah kenyataannya.
***
Yura, Jong Hyun dan nenek Jong Hyun tengah duduk di sofa ruang tamu rumah nenek Jong Hyun. Mereka tiba di rumah tiga puluh menit yang lalu.
“Jadi kapan rencana kalian untuk menikah?” tanya nenek Jong Hyun kepada mereka berdua. Jong Hyun dan Yura kemudian saling menatap.
“Kami tidak ingin terburu-buru nek.” Jawab Yura. Namun Jong Hyun sepertinya tidak setuju dengan jawaban Yura. Ia menyikut tangan Yura pelan.
“Apa?” bisik Yura menatap Jong Hyun.
“Kami sedang mengurus semua persiapannya. Bulan depan kami akan menikah. Maafkan aku nek karena aku tidak memberi tahu nenek sebelumnya. Kami juga sudah lama berpacaran, dan aku tidak ingin lebih lama lagi” jawab Jong Hyun dan tentu saja membuat kaget Yura.
“Bulan depan… baiklah, semakin cepat semakin lebih baik… jadi nenek bisa cepat memiliki seorang cicit” ucap nenek Jong Hyun girang. Yura menginjak kaki Jong Hyun dengan hag sepatunya yang tinggi. Jong Hyun menyeringit menahan sakit.
“Ah sepertinya nenek sudah tidak sabar memiliki seorang cicit ya? Tapi sepertinya tampang Jong Hyun dan tampang ku terlalu muda untuk mempunyai seorang anak” Yura berusaha mencari alasan.
“Kenapa? Di luar sana banyak yang sudah memiliki anak bahkan usianya lebih muda dari kalian.” Nenek Jong Hyun membandingkan mereka dengan pasangan suami istri yang sudah memiliki anak di usia mudanya.
“Nek, sepertinya kau perlu istirahat. Kau tampak terlihat lelah. Ingat kata dokter bahwa kau harus sering beristirahat dan mengurangi beban pikiran mu” Jong Hyun bangkit dan memapah neneknya berdiri. Ia tak ingin perbincangan ini menjadi perdebatan sengit. Yura membantu Jong Hyun memapah neneknya dan menidurkannya di kamar.
Dua puluh menit kemudian, Yura dan Jong Hyun memasuki rumah. Yura melemparkan tasnya di atas sofa kemudian berbalik menatap Jong Hyun dan berkacak pinggang.
“Bulan depan? Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa kita akan menikah bulan depan? Kenapa kau tidak mendiskusikannya dahulu dengan ku?” Yura merasa kesal dengan keputusan sepihak yang di ambil Jong Hyun.
“Jadi kau mau berapa lama lagi? Bukankah itu tujuan utama sebelumnya? Aku membayar hutang ayah mu dan kau berpura-pura menikah dengan ku.” Jong Hyun meninggikan suaranya.
“Aku tau, tapi kenapa kau tidak mendiskusikan ku tentang hal itu? Lalu apa? Seorang cicit? Ini benar-benar membuat ku gila” Yura mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
“Jangan khawatirkan soal seorang cicit atau apalah itu, yang terpenting adalah pernikahan kontrak kita.” Jong Hyun sedikit memelankan suaran untuk meredam emosi.
“Hitam di atas putih… baiklah, jadi mana surat perjanjian kontrak pernikahan itu? Kau tidak akan membuatnya setelah kita berpura-pura menikah kan?” Yura menanggih surat perjanjian kontrak nikah mereka.
“Ikutlah dengan ku” Jong Hyun mengajak Yura masuk ke dalam ruang kerjanya. Mereka berdua pun membuat surat perjanjian berdasarkan keputusan mereka berdua.
“Baiklah, inilah surat perjanjian kontrak pernikahan antara Lee Jong Hyun dan Kim Yura.” Jong Hyun mengangkat kertas yang baru saja keluar dari mesin cetak.
“Lee Jong Hyun bersedia membayar semua hutang mendiang ayah Kim Yura dan berjanji untuk memberikan tempat tinggal dan pekerjaan padanya dengan syarat : Kim Yura bersedia menikah kontrak dengan Lee Jong Hyun. Surat perjanjian ini berlaku hingga nenek Jong Hyun meninggal dunia. Tertanda Lee Jong Hyun dan Kim Yura. Seoul 14 Januari 2015” Jong Hyun membacakan surat perjanjiannya.
“Tidak buruk, ada perjanjian lagi. Tapi kau tak perlu menambahkannya di surat tersebut. Kau cukup berjanji akan selalu mendiskusikan hal apapun yang menyangkut tentang pernikahan hitam di atas putih ini dengan ku. Arraseo?” Yura menatap Jong Hyun dengan keseriusan.
“Baiklah, aku berjanji.” Jawab Jong Hyun dan kemudian mereka mendatangani surat perjanjain kontrak pernikahan mereka.
***
Jong Hyun bersiap untuk pergi ke kantor. Yura masih sibuk dengn piring kotor bekas sarapan mereka berdua.
“Aku akan kembali sebelum makan malam. Kau tak perlu repot menyiapkan malam. Nenek baru saja menolpon dan mengajak kita makan malam bersama di rumahnya.” Ucap Jong Hyun sembari mengenakan kaus kaki.
“Makan malam bersama?” Yura sedikit kaget dengan kabar yang kurang menyenangkan itu.
“Kenapa? Kau tidak menyukainya?” Jong Hyun menatap Yura penuh pertanyaan.
“Bukan begitu, ku rasa ini lebih sulit dari memerankan peran Cinderella. Tanpa adanya script, bagaimana bisa aku menghadapi pertanyaan tak terduga yang selalu muncul dari mulut nenek mu itu?” Yura mengeluh.
“Kau sendiri yang bilang bahwa kau adalah pemain teater yang hebat. Kau bisa bersandiwara di hadapan siapa pun.” Jong Hyun meledek.
“Tapi ini sangatlah berbeda. Di teater ada script yang harus dihayati untuk bisa memerankan tokoh dengan baik. Tanpa script bagaimana bisa aku memerankan tokoh dengan sangat baik?” Yura mempoutkan bibirnya kesal.
“Jangan terlalu di pikirkan, aku akan membantu mu. maafkan aku karena telah membawa mu keadaan yang menyulitkan mu.” Jong Hyun berusaha membuat Yura tenang dan meminta maaf karena ia sudah meminta Yura untuk berpura-pura menjadi istrinya.
***
Berbagai hidangan makanan telah siap di meja makan rumah nenek Jong Hyun. Nenek Jong Hyun telah memerintah para chef handal untuk menyiapkan makan malam yang menurutnya ini adalah makan malam yang sangat special. Ting Tung… bel rumahnya berbunyi. kemudian nenek memerintahkan pembantu untuk menerima tamu yang datang. Seorang laki-laki paruh baya dengan hem putih dan setelan jas hitam, menggandeng seorang wanita paruh baya pula namun masih tampak cantik dan terlihat muda dengan rias wajah yang natural masuk ke dalam rumah nenek. Di belakang mereka seorang laki-laki muda berusia sekitar dua puluh lima tahun mengenakan hem motif kotak-kotak dan dipadukan jas berwarna abu serta celana panjang yang berwarna senada dengan jasnya.
“Apa kabar ibu?” ucap laki-laki paruh baya itu dengan sopan dan memberi hormat.
“Apa kabar nenek?” laki-laki muda itu turut memberi salam kepada nenek Jong Hyun.
“Kalian sudah datang? Jong Hyun mungkin masih dalam perjalanan. Silahkan duduk” nenek mempersilahkan mereka bertiga untuk terlebih dulu duduk di ruang tamu.
“Bagaimana keadaan ibu? Aku baru saja pulang dari Hongkong dan ku dengar kau baru saja pulang dari rumah sakit. Apa yang terjadi pada ibu?” tanya wanita paruh baya itu khawatir.
“Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit merasa tidak enak badan” jawab Nenek. Ting Tung… bel rumah nenek kembali berbunyi.
“Itu pasti Jong Hyun” ucap nenek begitu mendengar bel berbunyi. Setelah pembantu membukakan pintu untuk Jong Hyun. Jong Hyun masuk bersama dengan Yura. Yura tampak cantik berbalut dress dengan panjang selutut bewarna putih kapas dan rambutnya yang panjang tergerai indah.
“Paman? Bibi? Kalian?” Jong Hyun kaget begitu melihat laki-laki dan wanita paruh baya sudah berada di rumah neneknya.
“Jong Hyun bagaimana kabar mu? lama tidak bertemu” tanya laki-laki paruh baya yang di panggil paman oleh Jong Hyun.
“Aku mengundang mereka makan malam bersama karena nenek ingin mengenalkan Yura pada mereka.” Ucap Nenek Jong Hyun. Namun Yura masih diam terpaku ketika melihat laki-laki muda yang datang bersama paman dan bibi Jong Hyun. Begitu pula dengan laki-laki itu, ia menatap Yura dengan perasaan kaget.
“Opp…pa…”
“Yura…”
To be continued