FF HYUNRA (Jonghyun Yura) Couple Marry Me, Please! Chapter 4

marry me, please!!!

Tittle                : Marry me, please!!!

Author             : Dita Eka Putri (dhytha)

Genre               : Romance, Life

Length             : Series

Rate                 : PG17

Main Cast        : Lee Young Ah (Girls Day)     aka       Kim Yura

Hong Jong Hyun                    aka       Lee Jong Hyun

Lee Howon (Infinite)             aka       Lee Hoya

Lee Hyeri (Girls Day)                        aka       Park Hyeri

Another Cast    : Lee Sung Jong (Infinite)        aka       Sungjong

Yoon Bomi (A-Pink)             aka       Bomi

Disclaimer       : FF ini di buat tidak untuk membash satu sama lain. 100% buatan sendiri, no plagiat.

Apabila ada kesamaan cerita itu hanya sebuah ketidak sengajaan.

Chapter 4

Cerita sebelumnya

Pukul 01.30 am. Jong Hyun belum benar-benar tertidur dengan pulas. Sedangkan Yura sudah tertidur dengan pulas. Jong Hyun turun dari ranjang, ia ke ruang tengah melihat Yura yang sudah tertidur pulas meski tempatnya sempit dan tidak leluasa. Jong Hyun perlahan menyingkirkan selimut yang menutupi seluruh tubuh Yura. Ia menggedong Yura ala bridal style dan membawa ke kamarnya. Saat Jong Hyun akan menidurkan Yura di ranjang dengan perlahan agar Yura tidak terbangun, tapi justru kakinya tersandung dan membuat Jong Hyun menjatuhkan Yura di atas ranjang dengan kasar dan ia menindih tubuh Yura. Yura mengerjapkan mata karena tubuhnya tersentak. Dan ia makin tersentak lagi saat membuka matanya lebar, Jong Hyun sudah berada dekat di hadapannya. Dan yang lebih tersentaknya lagi bibir Jong Hyun telah menyentuh bibir Yura. Mereka berdua hanya diam dan membeku karenanya.

*** More

FF HYUNRA COUPLE (Jonghyun Yura) Marry Me, Please! Chapter 3

marry me, please!!!

Tittle                : Marry me, please!!!

Author             : Dita Eka Putri (dhytha)

Genre               : Romance, Life

Length             : Series

Rate                 : PG17

Main Cast        : Lee Young Ah (Girl’s Day)  aka       Kim Yura

Hong Jong Hyun                    aka       Lee Jong Hyun

Lee Howon (Infinite)            aka       Lee Hoya

Lee Hyeri (Girl’s Day)           aka       Park Hyeri

Another Cast    : Lee Sung Jong (Infinite)     aka       Sungjong

Yoon Bomi (A-Pink)             aka       Bomi

Disclaimer       : FF ini di buat tidak untuk membash satu sama lain. 100% buatan sendiri, no plagiat.

Apabila ada kesamaan cerita itu hanya sebuah ketidak sengajaan.

Chapter 3

Cerita sebelumnya

“Opp…pa…”

“Yura…”

Yura dan Hoya sama-sama tercengang. Mereka tidak menyangka akan bertemu kembali dalam situasi seperti ini.

***

“Kau mengenalnya?” bisik Jong Hyun ketika melihat ekspresi Yura terpaku melihat Hoya.

“Oh-uh” gumam Yura. Ia gemetar dan meraih tangan Jong Hyun dan menggenggamnya dengan erat. Tangannya dingin dan berkeringat.

“Gwaenchana?” Jong Hyun mengkhawatirkan.

“Ada apa?” tanya nenek Jong Hyun, ia melihat wajah Yura pucat. Hoya juga mengkhawatirkannya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa di situasi seperti ini.

“Nenek, sepertinya Yura tidak enak badan. Mungkin makan malamnya bisa kita tunda lain hari. Aku harus mengantarnya pulang” Jong Hyun memutuskan untuk menunda makan malam dan memilih pulang.

“Keundae”

“Maafkan aku nek. Paman, bibi cheosonghamnida” Jong Hyun menundukkan kepala sebagai tanda minta maaf kepada nenek, paman dan bibinya. Kemudian mereka berdua pergi. Hoya hanya bisa menghela nafas panjang.

*** More

FF [Jonghyun Yura] Marry me, please!! chapter 2

marry me, please!!!

Tittle                : Marry me, please!!!

Author             : Dita Eka Putri (dhytha)

Genre               : Romance, Life

Length             : Series

Rate                 : PG17

Main Cast        : Lee Young Ah (Girls Day)     aka       Kim Yura

Hong Jong Hyun                    aka       Lee Jong Hyun

Lee Howon (Infinite)             aka       Lee Hoya

Lee Hyeri (Infinite)                aka       Park Hyeri

Another Cast    : Lee Sung Jong (Infinite)        aka       Sungjong

Yoon Bomi (A-Pink)             aka       Bomi

Disclaimer       : FF ini di buat tidak untuk membash satu sama lain. 100% buatan sendiri, no plagiat.

Apabila ada kesamaan cerita itu hanya sebuah ketidak sengajaan.

Chapter 2

Cerita sebelumnya

“Yura-ah… Kim Yura” Jong Hyun berteriak-teriak mencari keberadaan Yura. Yura tidak bisa mendengar suara Jong Hyun karena ia berada di dalam kamar mandi sedang membersihkan kamar mandi. Jong Hyun akhirnya mendapati Yura di kamar mandi dan membuat Yura kaget.

“Kau sudah pulang? Ini bahkan belum jam makan siang, kau bilang sebelum makan malam. Ada apa? Ada yang tertinggal?” Yura berdiri dan menghampiri Jong Hyun.

“Yura-ah…” Jong Hyun menatap lekat mata Yura dan meraih tangannya. Yura terdiam dan merasa sedikit aneh dengan sikap Jong Hyun.

“Menikahlah dengan ku”

***

Jong Hyun dan Yura duduk di ruang tengah. Yura duduk dengan kaki bersilang dan kedua tangan dilipat di depan dadanya. Jong Hyun menumpukan kedua tangannya pada lututnya dan menatap Yura seolah menanti jawaban persetujuan.

“Jadi kau akan melunasi semua hutang ayah ku dan kau akan memberi ku tempat tinggal bahkan pekerjaan asal aku mau menikah dengan mu?” Yura mengangkat alis sebelahnya sebagai tanda tanya besar pada pernyataan Jong Hyun yang mengajaknya menikah secara mendadak.

“Dan menikah dengan mu hanyalah sebuah kepura-puraan di hadapan nenek mu?”

“Tidak hanya di depan nenek, tapi di depan semua orang. Jadi mereka akan meyakini bahwa kita benar-benar menikah. Yang padahal kebenarannya ini hanyalah sebuah pernikahan hitam di atas putih” Jong Hyun menyandarkan dirinya pada sandaran sofa empuk miliknya.

“Pernikahan hitam di atas putih… hah! Ini benar-benar menggelikan” Yura bergedik dan mengusap kedua lengannya.

“Jadi berapa lama aku harus bersandiwara?” Yura menatap Jong Hyun dan menginginkan jawaban yang pasti.

“Aku tidak mengetahui pasti, mungkin sampai nenek ku meninggal dunia?” Jong Hyun masih tidak bisa memprediksi dengan mengangkat kedua lengannya.

“Baiklah tidak masalah. Berapa lama pun itu, yang penting kau sudah berbaik hati melunasi semua hutang ayah ku dan berjanji akan memberikan ku sebuah rumah dan pekerjaan. Jadi kapan hitam di atas putih itu akan di tulis? Kau tidak akan menunggu tahun depan kan?” Yura bersandar dengan nyamannya dan semua beban pikirannya kini selesai sudah. Ia tak perlu lagi memikirkan ke mana ia harus pergi, di mana ia harus tinggal dan ia harus bekerja apa.

“Tentu saja secepatnya” jawab Jong Hyun.

“Tapi aku tidak ingin mendatangi surat perjanjian pernikahan kontrak kita jika kau belum benar-benar melunasi seluruh hutang ayah ku. Arraseo?” Yura melayangkan jari telunjuknya ke arah Jong Hyun. Jong Hyun tersenyum melihatnya dan senyuman Jong Hyun sedikit membuat Yura salah tingkah. Sebenarnya Yura sudah sedikit salah tingkah ketika Jong Hyun mengajaknya menikah dan ternyata Jong Hyun hanya ingin menikah dengan hitam di atas putih. Namun Yura berusaha terlihat biasa-biasa saja karena itu memang tidak mungkin jika Jong Hyun dengan tiba-tiba mengajaknya menikah yang padahal baru ia kenal semalam.

***

Jong Hyun menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah kantor. Ia melepaskan sabuk pengamannya dan mengalihkan pandangan pada Yura yang duduk di bangku penumpang.

“Di sini tempatnya?” Jong Hyun bertanya untuk memastikan. Yura mengangguk sembari melepaskan sabuk pengamannya.

“Kau sudah membawa semua surat tagihan hutangnya kan?” Jong Hyun memastikan.

“Sudah, kau tidak perlu mencemaskan semuanya, kau hanya perlu mengeluarkan uangnya saja.” jawab Yura yang kemudian bergegas turun dari mobil.

Jong Hyun dan Yura sedang duduk di hadapan laki-laki berpakaian rapi dengan rambut kelimis dan usianya sekitar tiga puluh tujuh tahun.

“Jadi kau datang untuk melunasi semua hutang ayah mu?” tanya laki-laki itu dengan memandang Yura dengan ketidak percayaan.

“Apa wajah ku kurang meyakinkan? ini adalah surat-surat tagihan hutang yang kau kirimkan sehari setelah meninggalnya ayah. Dan pihak pengadilan sudah menyita rumah kami, karena terbukti bahwa rumah itu dibeli dengan uang hasil penggelapan dana perusahaan. Aku sangat menyesali perbuatan ayah. Jadi total semua hutang ayah ku tiga puluh juta dolar kan?” Yura menyerahkan surat-surat penagihan hutang ayahnya.

“Iya benar, semuanya tiga puluh juta dolar.” Ucap laki-laki itu sembari menerima surat penagihan yang dikirimkannya.

“Ini cek sebesar tiga puluh juta dolar. Maaf aku tidak bisa memberi mu uang tunai, mengingat jumlah uang yang terlalu besar. Dan aku tidak terbiasa membawa uang sebanyak itu.” Jong Hyun menyerahkan cek bernilai tiga puluh juta dolar.

“Kau siapa? Apa hubungan mu dengan keluarga Kim?” laki-laki itu pensaran kenapa Jong Hyun yang memberikan cek bernilai tiga puluh juta dolar sebagai pelunasan hutang ayah Yura.

“Dia”
“Aku suaminya”
ucap Yura dan Jong Hyun bersamaan. Dengan kaget Yura menatap ke arah Jong Hyun. Jong Hyun masih terlihat percaya diri dengan menatap wajah laki-laki itu. Laki-laki itu sedikit tidak percaya bahwa Jong Hyun adalah suami dari Yura.

“Suami? Jadi kapan kau menikah? Kenapa aku tidak mengetahui hal ini? Ini benar-benar mengejutkan.” Ucap laki-laki itu sembari tertawa yang dipaksakan.

“Kapan kami menikah sepertinya itu tidak penting bagi mu. yang terpenting sekarang kau sudah menerima cek tiga puluh juta dolar dan itu artinya semua hutang ayah mertua ku lunas. Dan kau harus mendatangi surat ini sebagai tanda terima cek pelunasan hutang.” Jong Hyun dengan tegas menyerahkan surat yang sudah bermaterai dan siap untuk di tanda tangani oleh laki-laki berambut kelimis itu.

Laki-laki itu hanya bisa diam mendengar ucapan Jong Hyun yang berhasil memojokkannya. Ia pun mendatatangani surat pernyataan tersebut di hadapan Jong Hyun dan Yura.

“Geurae, gamsahamnida ajushi. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi. Karena jika bertemu dengan mu, itu artinya aku sedang terlibat hutang. Dan aku tidak mau itu terjadi.” Ucap Yura sebagai kalimat terakhir sebelum meninggalkan kantor laki-laki itu. Kemudian ia dan Jong Hyun pergi.

***

Jong Hyun dan Yura berada dalam perjalanan pulang. Yura merasa canggung dan tidak enak hati pada Jong Hyun yang sudah berbaik hati melunasi semua hutang ayahnya.

“Aku tidak bisa berkata lain lagi kecuali terima kasih kau sudah membantu melunasi semua hutang ayah ku.” Yura mengucapkannya dengan malu-malu.

“Sudahlah, aku membantu mu karena kau juga bersedia membantu ku. Ini hanya sebuah imbal balik.” Jawab Jong Hyun dengan pandangan fokus ke arah jalan.

“Imbal balik… iya kau benar…” Yura memegang roknya menyembunyikan perasaan malunya.

“Besok nenek pulang dari rumah sakit, dan aku ingin segera mengenalkan mu pada nenek. Jadi bersandiwaralah dengan baik, seperti sandiwara ku di hadapan laki-laki rambut kelemis itu tadi” Jong Hyun tersenyum tipis dan sesekali memandang ke arah Yura.

“Ah baiklah. Kau tenang saja, aku akan bersandiwara dengan baik. Apa kau tau? Saat SMA aku mengikuti teater dan aku memerankan tokoh Cinderella dengan baik hingga mendapat juara nasional.” Yura mulai tidak bersikap canggung lagi seperti tadi.

“Tapi kali ini kau tidak menjadi Cinderella lagi, tapi kau menjadi istri ku” ucap Jong Hyun. Yura terdiam menatap Jong Hyun yang kini membuat bibirnya tersenyum tipis. Dan tanpa terasa mereka sudah sampai di rumah.

***

 

Jong Hyun sedang bersantai menonton tv. Yura keluar dari kamar mandi dengan keadaan rambut yang masih basah. Ia baru saja mencuci rambut panjangnya. Dengan polosnya dan tanpa mengetahui bahwa Jong Hyun sedang memandanginya, Yura mengeringkan rambutnya dan ia masih mengenakan jubah handuk yang hanya menutupi tubuhnya hingga atas lututnya. Yura pun mulai menyadari bahwa Jong Hyun sedang memandanginya.

“Kenapa kau melihat ku seperti itu? Ada yang salah dengan ku?” tanya Yura dengan wajah polos. Sedangkan Jong Hyun diam menahan dirinya yang sepertinya ingin melihat Yura lebih dekat. Namun ia masih mempunyai kekuatan untuk menolaknya.

“Tidak. Tidak ada yang salah. Aku… aku harus melihat beberapa dokumen penting di ruang kerja ku” Jong Hyun memberi alasan untuk menghindari memandangi Yura lebih lama lagi. Sementara Yura hanya mengangkat kedua bahunya dan kembali mengeringkan rambutnya.

Yura melihat pantulan dirinya di cermin dan terlihat ia sangat sexy. Dan ia pun baru menyadari sesuatu.

“Ommo!” pekik Yura dan ia mengingat bagaimana Jong Hyun tadi memandangnya. Kemudian ia menepuk-nepuk kepalanya pelan dan mengumpati dirinya sendiri.

“Bapo Yura-ah! Bapoya!” dengan segera Yura mengganti pakaiannya dan mengeringkan rambutnya. Sepuluh menit kemudian Yura menghampiri Jong Hyun yang berada di ruang kerjanya. Yura dengan pelan mengetuk pintu.

“Apa aku boleh masuk?” tanya Yura. Namun hening tak ada jawaban. Yura pun perlahan masuk. Ia melihat Jong Hyun tertidur di meja kerjanya.

“Bagaimana bisa ia tertidur dengan posisi seperti itu?” gumam Yura ketika melihat Jong Hyun menyandarkan kepalanya pada lipatan tangannya di atas meja. Yura keluar dan kemudian kembali dengan sebuah selimut. Pelan-pelan ia menyelimuti Jong Hyun.

“Selamat malam Jong Hyun.” Gumam Yura pelan. Yura duduk di sofa ruang tengah. Ia merenung dengan hal-hal yang sudah di alaminya semenjak kepergian ayahnya.

“Terima kasih Tuhan, kau masih mengijinkan keberuntungan untuk berpihak pada ku” gumam Yura dan kemudian ia tertidur.

Keesokan paginya, Jong Hyun terbangun dan merasakan pinggangnya sakit karena semalam ia sudah tertidur dengan posisi terduduk. Ketika ia bangun, ia melihat sebuah selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Kemudian ia keluar sembari membawa selimut itu, ia menemukan Yura tengah tertidur pulas di sofa. Jong Hyun menghampirinya, ia menatap wajah Yura yang lucu saat ia sedang tidur. Yura menggeliat dan mengerjapkan kedua matanya, dan ia menemukan Jong Hyun sudah berdiri di hadapannya.

“Kau sudah bangun? Jam berapa ini? Apa aku kesiangan?” Yura terlonjak bangun, ia takut jika ia terbangun kesiangan. Karena hari ini mereka harus menjemput nenek pulang dari rumah sakit.

“Ini masih jam 6. Apa kau yang memberiku selimut ini?” Jong Hyun mengangkat selimut itu dan menunjukkannya pada Yura.

“Kau tertidur, aku tidak kuat untuk memindahkan mu. dan aku tega untuk membangunkan mu, jadi aku hanya bisa memberi mu selimut agar kau tidak terlalu merasa kedinginan.” Jawab Yura malu.

“Lalu kenapa kau tidur di sini? Bukankah kamar ku kosong. Kau bisa tidur di sana” ucap Jong Hyun yang menyakan alasan Yura tidur sofa.

“Bagaimana aku bisa tidur di kamar mu tanpa meminta ijin mu terlebih dahulu?” Yura mencari alasan.

“Ijin? Bukankah sebelumnya kau sudah tidur nyenyak di ranjang ku?” Jong Hyun meninggikan suaranya.

“Saat itu kan aku sedang mabuk, jadi aku tidak mengetahui apa-apa. Sekarang kan sudah tidak seperti itu lagi. Jadi kenapa kau seperti ini? Kau marah pada ku?” Yura merasa ia telah banyak merepotkan Jong Hyun. Jong Hyun yang menyadari bahwa ia terlalu keras berbicara dengan Yura, ia pun tidak menanggapi ucapan Yura lagi.

“Sudahlah, aku akan bersiap. Pukul depalan kita berangkat menjemput nenek” Jong Hyun menyeret selimutnya dan masuk ke dalam kamar. Yura melirik Jong Hyun dan bergumam.

“Benar-benar laki-laki yang aneh! Kadang terlihat lembut kadang terlihat galak. Orang seperti apa dia sebenarnya?” Yura mempoutkan bibirnya sebagai tanda kesal.

***

Yura dan Jong Hyun berada di dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai dua puluh. Yura terlihat gugup karena akan bertemu dengan nenek Jong Hyun. Jong Hyun melihat sesekali ke arah Yura yang sudah beberapa kali mengusap-usap tangannya dan mengcengkram rok nya. Setelah mereka berdua keluar dari lift, Jong Hyun memegang tangan Yura dan mengenggamnya dengan erat. Yura tersentak dan mendongakkan kepalanya menatap wajah Jong Hyun.

“Kita harus benar-benar membuat nenek yakin kalau kita sudah kenal lama dan kita adalah pasangan yang akan segera menikah. Seperti ini akan lebih meyakinkan bukan?” ucap Jong Hyun tersenyum pada Yura untuk membuat Yura sedikit lebih tenang.

“Baiklah calon suami ku, kita pergi menemui nenek dan kenalkan aku pada calon nenek mertua ku” Yura mengedipkan sebelah matanya dan mengandeng tangan Jong Hyun seperti layaknya sepasang kekasih sedang berpacaran. Jong Hyun hanya menjawabnya dengan anggukan dan sedikit senyuman geli dengan sikap lucu Yura.

Nenek Jong Hyun menatap Yura dari ujung kaki hingga ujung rambut. Yura memasang senyum senatural mungkin dan memberi hormat dengan membungkukkan setengah badannya.

“Annyeonghasimnika halmoni” ucap Yura sesopan mungkin.

“Nenek, dia adalah kekasih ku. Nama nya Kim Yura.” Jong Hyun memperkenalkan Yura kepada nenek sebagai kekasihnya.

“Hallo nenek, aku Kim Yura. Senang bisa bertemu dengan mu” ucap Yura memperkenalkan dirinya sendiri.

“Apa benar kau adalah kekasih cucu ku? Kenapa kau tidak pernah mengenalkannya pada ku Jong Hyun? Sudah berapa lama kalian berpacaran?” tanya nenek Jong Hyun.

“Kami”

“Dua tahun” ucap mereka berdua bersamaan. Kemudian Yura tersenyum kecil menatap Jong Hyun dan melanjutkan kalimatnya.

“Iya nek, kami sudah berpacaran selama dua tahun. Sebenarnya Jong Hyun sudah berkali-kali mengajak ku untuk menemui nenek. tapi aku menolaknya, karena aku malu dan merasa aku belum siap untuk bertemu dengan nenek. Jadi jangan salahkan Jong Hyun.” Yura berusaha memberikan pembelaan pada Jong Hyun.

“Benarkan itu?” nenek menatap Jong Hyun penuh pertanyaan.

“Yang dikatakan Yura benar. Aku terus membujuknya, dan akhirnya hari ini dia bersedia untuk bertemu dengan nenek” jawab Jong Hyun dengan karangan bebas yang berada di otaknya.

“Kau benar-benar cucu nenek yang hebat. Kau bisa membujuk gadis secantik dia. Seperti apa kedua orang tua mu Yura?” nenek menanyakan hal di luar dugaan Yura untuk bisa menjawabnya.

“Kedua orang tua meninggal dunia saat dia berusia empat tahun. Dia di besarkan oleh pamannya dan tinggal di Amerika. Ia kembali ke Korea saat usianya delapan belas. Aku bertemu dia saat aku mengikuti kegiatan sosial di Bunsan. Yura juga aktif di kegiatan sosial, sejak itulah kita sering bertemu.” Jong Hyun sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan tak terduga menurut Yura.

“Aku menyukai kegiatan sosial karena saat di Amerika paman ku sering mengajak ku mengikuti kegiatan sosial di sana. Aku kembali ke Korea karena aku rindu dengan tempat kelahiran ku dan aku memutuskan untuk tinggal, karena aku sudah bertemu dengan laki-laki yang aku cintai” Yura menambahkan cerita mengarang bebas Jong Hyun untuk lebih meyakinkan nenek Jong Hyun. Nenek Jong Hyun yang mendengar merasa terharu dan berdiri memeluk Yura. Yura tersentak dan membalas pelukan nenek Jong Hyun. Jong Hyun mengedipkan satu matanya pada Yura sebagai tanda bahwa mereka telah berhasil meyakinkan nenek Jong Hyun.

“Tak perduli bagaimana masa lalu mu, aku senang karena kau mau menjadi pasangan hidup Jong Hyun dan akan menemani Jong Hyun. Kau gadis cantik dan baik. Jong Hyun benar-benar pintar mencari calon istri.” Nenek terus memuji Yura. Yura tampak tak enak hati dan merasa sedikit besar kepala karena berkali-kali ia di bilang cantik. Tapi itulah kenyataannya.

***

Yura, Jong Hyun dan nenek Jong Hyun tengah duduk di sofa ruang tamu rumah nenek Jong Hyun. Mereka tiba di rumah tiga puluh menit yang lalu.

“Jadi kapan rencana kalian untuk menikah?” tanya nenek Jong Hyun kepada mereka berdua. Jong Hyun dan Yura kemudian saling menatap.

“Kami tidak ingin terburu-buru nek.” Jawab Yura. Namun Jong Hyun sepertinya tidak setuju dengan jawaban Yura. Ia menyikut tangan Yura pelan.

“Apa?” bisik Yura menatap Jong Hyun.

“Kami sedang mengurus semua persiapannya. Bulan depan kami akan menikah. Maafkan aku nek karena aku tidak memberi tahu nenek sebelumnya. Kami juga sudah lama berpacaran, dan aku tidak ingin lebih lama lagi” jawab Jong Hyun dan tentu saja membuat kaget Yura.

“Bulan depan… baiklah, semakin cepat semakin lebih baik… jadi nenek bisa cepat memiliki seorang cicit” ucap nenek Jong Hyun girang. Yura menginjak kaki Jong Hyun dengan hag sepatunya yang tinggi. Jong Hyun menyeringit menahan sakit.

“Ah sepertinya nenek sudah tidak sabar memiliki seorang cicit ya? Tapi sepertinya tampang Jong Hyun dan tampang ku terlalu muda untuk mempunyai seorang anak” Yura berusaha mencari alasan.

“Kenapa? Di luar sana banyak yang sudah memiliki anak bahkan usianya lebih muda dari kalian.” Nenek Jong Hyun membandingkan mereka dengan pasangan suami istri yang sudah memiliki anak di usia mudanya.

“Nek, sepertinya kau perlu istirahat. Kau tampak terlihat lelah. Ingat kata dokter bahwa kau harus sering beristirahat dan mengurangi beban pikiran mu” Jong Hyun bangkit dan memapah neneknya berdiri. Ia tak ingin perbincangan ini menjadi perdebatan sengit. Yura membantu Jong Hyun memapah neneknya dan menidurkannya di kamar.

Dua puluh menit kemudian, Yura dan Jong Hyun memasuki rumah. Yura melemparkan tasnya di atas sofa kemudian berbalik menatap Jong Hyun dan berkacak pinggang.

“Bulan depan? Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa kita akan menikah bulan depan? Kenapa kau tidak mendiskusikannya dahulu dengan ku?” Yura merasa kesal dengan keputusan sepihak yang di ambil Jong Hyun.

“Jadi kau mau berapa lama lagi? Bukankah itu tujuan utama sebelumnya? Aku membayar hutang ayah mu dan kau berpura-pura menikah dengan ku.” Jong Hyun meninggikan suaranya.

“Aku tau, tapi kenapa kau tidak mendiskusikan ku tentang hal itu? Lalu apa? Seorang cicit? Ini benar-benar membuat ku gila” Yura mengacak-ngacak rambutnya frustasi.

“Jangan khawatirkan soal seorang cicit atau apalah itu, yang terpenting adalah pernikahan kontrak kita.” Jong Hyun sedikit memelankan suaran untuk meredam emosi.

“Hitam di atas putih… baiklah, jadi mana surat perjanjian kontrak pernikahan itu? Kau tidak akan membuatnya setelah kita berpura-pura menikah kan?” Yura menanggih surat perjanjian kontrak nikah mereka.

“Ikutlah dengan ku” Jong Hyun mengajak Yura masuk ke dalam ruang kerjanya. Mereka berdua pun membuat surat perjanjian berdasarkan keputusan mereka berdua.

“Baiklah, inilah surat perjanjian kontrak pernikahan antara Lee Jong Hyun dan Kim Yura.” Jong Hyun mengangkat kertas yang baru saja keluar dari mesin cetak.

“Lee Jong Hyun bersedia membayar semua hutang mendiang ayah Kim Yura dan berjanji untuk memberikan tempat tinggal dan pekerjaan padanya dengan syarat : Kim Yura bersedia menikah kontrak dengan Lee Jong Hyun. Surat perjanjian ini berlaku hingga nenek Jong Hyun meninggal dunia. Tertanda Lee Jong Hyun dan Kim Yura. Seoul 14 Januari 2015” Jong Hyun membacakan surat perjanjiannya.

“Tidak buruk, ada perjanjian lagi. Tapi kau tak perlu menambahkannya di surat tersebut. Kau cukup berjanji akan selalu mendiskusikan hal apapun yang menyangkut tentang pernikahan hitam di atas putih ini dengan ku. Arraseo?” Yura menatap Jong Hyun dengan keseriusan.

“Baiklah, aku berjanji.” Jawab Jong Hyun dan kemudian mereka mendatangani surat perjanjain kontrak pernikahan mereka.

***

Jong Hyun bersiap untuk pergi ke kantor. Yura masih sibuk dengn piring kotor bekas sarapan mereka berdua.

“Aku akan kembali sebelum makan malam. Kau tak perlu repot menyiapkan malam. Nenek baru saja menolpon dan mengajak kita makan malam bersama di rumahnya.” Ucap Jong Hyun sembari mengenakan kaus kaki.

“Makan malam bersama?” Yura sedikit kaget dengan kabar yang kurang menyenangkan itu.

“Kenapa? Kau tidak menyukainya?” Jong Hyun menatap Yura penuh pertanyaan.

“Bukan begitu, ku rasa ini lebih sulit dari memerankan peran Cinderella. Tanpa adanya script, bagaimana bisa aku menghadapi pertanyaan tak terduga yang selalu muncul dari mulut nenek mu itu?” Yura mengeluh.

“Kau sendiri yang bilang bahwa kau adalah pemain teater yang hebat. Kau bisa bersandiwara di hadapan siapa pun.” Jong Hyun meledek.

“Tapi ini sangatlah berbeda. Di teater ada script yang harus dihayati untuk bisa memerankan tokoh dengan baik. Tanpa script bagaimana bisa aku memerankan tokoh dengan sangat baik?” Yura mempoutkan bibirnya kesal.

“Jangan terlalu di pikirkan, aku akan membantu mu. maafkan aku karena telah membawa mu keadaan yang menyulitkan mu.” Jong Hyun berusaha membuat Yura tenang dan meminta maaf karena ia sudah meminta Yura untuk berpura-pura menjadi istrinya.

***

Berbagai hidangan makanan telah siap di meja makan rumah nenek Jong Hyun. Nenek Jong Hyun telah memerintah para chef handal untuk menyiapkan makan malam yang menurutnya ini adalah makan malam yang sangat special. Ting Tung… bel rumahnya berbunyi. kemudian nenek memerintahkan pembantu untuk menerima tamu yang datang. Seorang laki-laki paruh baya dengan hem putih dan setelan jas hitam, menggandeng seorang wanita paruh baya pula namun masih tampak cantik dan terlihat muda dengan rias wajah yang natural masuk ke dalam rumah nenek. Di belakang mereka seorang laki-laki muda berusia sekitar dua puluh lima tahun mengenakan hem motif kotak-kotak dan dipadukan jas berwarna abu serta celana panjang yang berwarna senada dengan jasnya.

“Apa kabar ibu?” ucap laki-laki paruh baya itu dengan sopan dan memberi hormat.

“Apa kabar nenek?” laki-laki muda itu turut memberi salam kepada nenek Jong Hyun.

“Kalian sudah datang? Jong Hyun mungkin masih dalam perjalanan. Silahkan duduk” nenek mempersilahkan mereka bertiga untuk terlebih dulu duduk di ruang tamu.

“Bagaimana keadaan ibu? Aku baru saja pulang dari Hongkong dan ku dengar kau baru saja pulang dari rumah sakit. Apa yang terjadi pada ibu?” tanya wanita paruh baya itu khawatir.

“Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit merasa tidak enak badan” jawab Nenek. Ting Tung… bel rumah nenek kembali berbunyi.

“Itu pasti Jong Hyun” ucap nenek begitu mendengar bel berbunyi. Setelah pembantu membukakan pintu untuk Jong Hyun. Jong Hyun masuk bersama dengan Yura. Yura tampak cantik berbalut dress dengan panjang selutut bewarna putih kapas dan rambutnya yang panjang tergerai indah.

“Paman? Bibi? Kalian?” Jong Hyun kaget begitu melihat laki-laki dan wanita paruh baya sudah berada di rumah neneknya.

“Jong Hyun bagaimana kabar mu? lama tidak bertemu” tanya laki-laki paruh baya yang di panggil paman oleh Jong Hyun.

“Aku mengundang mereka makan malam bersama karena nenek ingin mengenalkan Yura pada mereka.” Ucap Nenek Jong Hyun. Namun Yura masih diam terpaku ketika melihat laki-laki muda yang datang bersama paman dan bibi Jong Hyun. Begitu pula dengan laki-laki itu, ia menatap Yura dengan perasaan kaget.

“Opp…pa…”

“Yura…”

To be continued

FF [HyunRa] Marry Me, Please!!! chapter 1

marry me, please!!!

Tittle                : Marry me, please!!!

Author             : Dita Eka Putri (dhytha)

Genre               : Romance, Life

Length             : Series

Rate                 : PG17

Main Cast        : Lee Young Ah (Girls Day)     aka       Kim Yura

Hong Jong Hyun                    aka       Lee Jong Hyun

Lee Howon (Infinite)             aka       Lee Hoya

Lee Hyeri (Infinite)                aka       Park Hyeri

Another Cast    : Lee Sung Jong (Infinite)        aka       Sungjong

Yoon Bomi (A-Pink)             aka       Bomi

Disclaimer       : FF ini di buat tidak untuk membash satu sama lain. 100% buatan sendiri, no plagiat.

Apabila ada kesamaan cerita itu hanya sebuah ketidak sengajaan.

Chapter 1

Seorang gadis tengah berdiri di depan sebuah rumah. Ia menatap nanar ketika melihat plakat yang terpajang di depan pintu pagar rumah bertuliskan RUMAH INI DISITA. Gadis itu tersenyum namun meneteskan air mata. Kedua kakinya saat ini terlalu lemah untuk menopang berat tubuhnya. Ia meringkuk dan memeluk erat lututnya. Gadis itu menangis sejadinya dengan wajah bersembunyi di antara tekukan tangannya yang memeluk erat lututnya. Ia tidak memperdulikan dengan orang yang melintas dan memperhatikannya. Ia terus menangis dan mengumpat.

“Appa! Kenapa kau jahat sekali? Kau meninggalkan aku sendirian dengan cara seperti ini. Ke mana aku harus pergi? Di mana aku harus tinggal? Katakan appa! Katakan!” entah dengan siapa gadis itu berbicara, tidak ada yang menjawab dan tidak ada yang menghiraukan. Hening sama seperti sebelumnya. Hanya hembusan angin yang menerbangkan dedaunan jatuh, menerpanya dan membuat rambutnya tergerai.

Sendiri, dingin dan sepi. Gadis itu perlahan bangkit dan menghapus air matanya. Ia berusaha tegar walaupun terlihat sekali ia sangat lemah. Ia menyeret tas koper berwarna coklat dan tas memegang erat tas selempang berwarna putih kapas yang ia kenakan. Mungkin hanya itulah harta sisa dari dalam rumah yang disita yang bisa ia bawa keluar. Tak tau arah angin dan tak tau arah tujuan, gadis itu terus berjalan hingga meninggalkan rumahnya jauh di belakangnya. Perasaan putus asa menggelayutinya, keinginan untuk mengakhiri hidup terselip dalam benaknya. Umpatan demi umpatan tentang ketidakadilan dunia berkali-kali keluar dalam hatinya.

Yura harus menerima kenyataan pahit yang saat ini menimpanya. Terlahir sebagai anak satu-satunya membuatnya kini harus sendirian ketika semua sudah meninggalkannya. Ibunya meninggal karena sakit yang sudah lama di deritanya, saat itu Yura berusia 3 tahun, masih terlalu dini untuk seorang anak kecil yang harus kehilangan kasih sayang ibunya. Ayahnya meninggal dua hari yang lalu karena serangan jantung. Beliau meninggalkan Yura dengan kesengsaraan, rumah satu-satunya yang menjadi tempat berlindung dari panas dan hujan harus disita karena perbuatan ayahnya semasa hidupnya. Menggelapkan uang yang bukan menjadi haknya dan terungkapnya perbuatannyalah yang mengantarkannya ke dunia akhirat.

***

Seorang laki-laki tengah berlari bergegas setelah keluar dari lift yang membawanya ke lantai dua puluh. Ia menyusuri koridor setiap ruang dengan gelagat khawatir di wajahnya. Laki-laki itu berhenti di depan pintu yang ia tuju, ia menggeser pintu dan memasuki ruangan yang bercat putih dan kelambu biru langit menghiasi jendela di sebelah ranjang tempat seorang wanita tua terbaring. Laki-laki itu dengan khawatir mendekati wanita tua itu dan menggenggam tangannya yang kini telah terpasang jarum infus.

“Nenek… kau bisa mendengar ku? Ini aku nek, aku sudah di sini” ucap laki-laki itu yang terlihat sekali mengkhawatirkan keadaan wanita tua yang di panggilnya nenek itu.

“Jong… Hyun…” wanita tua itu memanggil nama laki-laki itu dengan suara lemah dan terbata.

“Ya nek, aku di sini” laki-laki yang dipanggil Jong Hyun mengharapkan neneknya bisa lebih banyak bicara dari sekedar memanggil namanya.

“Aku senang kau sudah berada di sini. Jangan khawatir kan nenek, aku baik-baik saja.” nenek menenangkan Jong Hyun, ia tidak ingin cucu kesayangannya itu terlalu khawatir dengan keadaannya. Jong Hyun diam, lebih tepatnya ia tidak tau harus berkata apa. Dia hanya mencium tangan neneknya dengan penuh kasih sayang.

Nasib Jong Hyun mungkin kurang lebih sama dengan Yura. Terlahir sebagai anak satu-satunya. Namun Jong Hyun telah terlebih dahulu menjadi anak yatim piatu saat ia berusia 5 tahun. Kecelakaan maut telah merenggut hidup kedua orang tuanya. Jong Hyun menyaksikan sendiri bagaimana kecelakaan itu terjadi, namun beruntung dia selamat dan hanya mengalami luka-luka di tubuhnya. Trauma dan rasa kehilangan menimpanya dan itu membuat Jong Hyun harus mengunjungi dokter psikologi hampir setiap hari. Kunjungan itu berhenti saat ia berusia lima belas tahun. Baginya nenek adalah segalanya, ibu dari mendiang ayahnya. Neneknya lah yang telah merawat dia sejak ia kehilangan kedua orang tuanya.

Mungkin Jong Hyun bisa di bilang sedikit beruntung ketimbang Yura meski mengalami cobaan hidup yang menurutnya dunia ini tidak adil saat kedua orang tua nya meninggal. Menjadi anak satu-satunya dari keluarga bermarga Lee dengan kekayaan yang amat sangat luar biasa di Korea Selatan adalah sebuah hadiah baginya. Lee Jong Hyun menjadi pewaris tunggal perusahaan yang berdiri di atas nama Daegu Group.

Usia yang terus bertambah dan kesehatan yang terus berkurang, membuat nenek Jong Hyun harus keluar masuk rumah sakit. Menjadi pemimpin perusahaan saat ayah Jong Hyun meninggal, membuatnya tidak bisa menghabiskan masa tua nya dengan hanya berduduk santai saja. Meski kini Jong Hyun sudah mulai bekerja di perusahaan sejak tiga bulan yang lalu, nenek tidak bisa begitu saja melepaskan perusahaan berada di tangan Jong Hyun yang notabene ia belum mempunyai banyak pengalaman meskipun sangat jelas ia adalah pewaris tunggal. Nenek khawatir bisa saja para pemegang saham tidak menyetujui Jong Hyun menjadi pemimpin mereka karena mengingat usia Jong Hyun yang terbilang masih sangat muda untuk mempimpin sebuah perusahaan besar. Selain itu kekhawatiran nenek yang teramat sangat adalah tidak adanya seseorang yang akan menjaga cucu kesayangan saat ia harus meninggalkan kehidupan ini.

“Jong Hyun, ada yang nenek ingin bicarakan. Kau tau kan, kesehatan nenek semakin lama semakin menurun, rumah sakit hanya sebagai alternatif menghilang rasa sakit, bukan untuk menyembuhkan total. Entah itu kapan, nenek pasti akan meninggalkan kehidupan ini.” Ucap nenek pelan, dan tentu saja membuat Jong Hyun khawatir.

“Nenek! Apa maksud nenek? Tidak! Belum waktunya nenek meninggalkan semuanya!” Jong Hyun meneteskan air matanya. Baru kali ini ia terlihat lemah di hadapan neneknya.

“Ada satu permintaan nenek yang harus cepat kau kabulkan.” Nenek berusaha mengungkapkan apa yang ia inginkan sebelum mungkin ia meninggal dunia.

“Katakan nek, apa? Apa yang nenek minta dan apa yang harus ku lakukan untuk nenek?” Jong Hyun mengeratkan cengkraman tangannya yang masih memegang erat tangan neneknya.

“Nenek ingin kau cepat menikah. Menikalah dan jadi bahagia. Dengan begitu nenek tidak akan khawatir lagi, siapa yang akan menjaga mu saat nenek sudah tiada. Ku mohon, inilah permintaan nenek yang terakhir.” Nenek memohon dengan sangat, ia menitihkan air mata agar Jong Hyun mengerti dengan permintaannya.

“Tapi nek” Jong Hyun bingung harus menjawab apa dengan permintaan nenek yang menyuruhnya untuk cepat menikah. Tak ingin mengecewakan neneknya, ia pun menyanggupi permintaan neneknya.

“Baiklah nek, jika itu membuat nenek bahagia. Akan ku turuti permintaan nenek” entah tulus atau hanya sekedar untuk membuat neneknya terlihat lega. Jong Hyun menjawab bahwa ia akan menyanggupi permohonan yang menjadi permintaan terakhir neneknya.

***

Terus berjalan membuatnya tanpa memikirkan ke mana tujuannya, membuatnya tidak menyadari bahwa hari sudah gelap. Cahaya matahari telah tergantikan oleh cahaya rembulan. Yura tidak merasakan lelah, namun ia merasa haus dan ingin menenangkan pikiran. Ia mengeluarkan dompet coklat dengan model terbaru yang di keluarkan merk ternama Paris. Dompet itu adalah hadiah dari seseorang saat ia duduk di bangku SMA. Hanya terdapat 5 lembar uang dan sedikit recehan, setidaknya cukup untuk membeli minuman dan sisanya untuk membeli sepotong roti untuk mengganjal isi perutnya.

Bukan swalayan yang ia tuju, bukan juga warung kecil yang ia kunjungi. Yura justru memasuki sebuah klub malam. Entah apa yang sedang melintas di pikirannya. Alunan musik yang keras dan menggema menyambut kedatangannya. Ruangan yang penuh cahaya kelap-kelip dan penuh sesak oleh manusia terbentang di hadapannya. Ia menyeret kembali tas kopernya ke arah meja bar. Ia memesan wine dengan semua uang yang tersisa di dompetnya. Setelah meminum beberapa tegukan, gadis itu tersenyum dan merasa lega. Dan itulah yang ia maksud ingin melepas dahaga dan menenangkan pikiran.

“Sendiri?” seorang laki-laki duduk di sebelahnya setelah memesan wine putih pada barista. Ia menoleh dan menatap laki-laki itu dari ujung kaki hingga ujung kepalanya. Penampilannya terlalu rapi untuk seseorang yang pergi ke klub malam dan tampangnya tidak terlalu buruk jika bertujuan mencari para wanita penggoda.

“Kau melihat ku dengan seseorang?” Yura menjaga agar tidak terlalu menghiraukan laki-laki yang belum tentu ia adalah orang baik-baik seperti apa yang di gambarkan oleh pakaiannya, jas hitam, celana panjang hitam, sepatu hitam. Dan itu sangat mencolokkan bahwa ia mempunyai kulit yang amat sangat putih dan menawan.

“Aku hanya melihat kau dan koper besar mu itu. Kau pergi dari rumah? Marah karena orang tua mu melarang mu?” laki-laki itu bertanya seolah-olah ia telah mengenal lama Yura dan itu membuat gadis itu sedikit risih.

“Maaf, apakah itu urusan mu? sepertinya bukan” Yura kembali menuangkan wine ke dalam gelasnya dan meneguknya dengan sekali minum.

“Wah, kau peminum yang hebat” puji laki-laki itu. “Ya tentu saja itu bukan urusan ku. Tapi gadis cantik seperti mu berada di tempat ini dan membawa koper besar itu, sangat menimbulkan banyak pertanyaan” laki-laki itu meneguk wine putihnya dan meletakkan kembali gelas sloki di meja bar.

“Dan laki-laki seperti mu dengan pakaian rapi seperti ini berada di tempat ini, sangat menganggu ku” Yura mulai kesal dan kembali minum hingga pikirannya sedikit tidak bisa terkontrol.

“Ku pikir menimbulkan banyak pertanyaan, tapi ku rasa kau terlalu cuek untuk mengetahuinya” laki-laki itu tersenyum nakal, dan membuat Yura bergedik geli.

“Baiklah, ini mungkin sangat menggangu mu. aku hanya ingin ada yang mendengarkan ku sejenak, walau aku tau kau sama sekali tidak mengenal ku dan menganggap aku sedikit tidak waras” laki-laki itu mulai berbicara menjurus ke kata serius dan menjauhi dari kata bercanda. Sementara Yura hanya diam dan menatap aneh laki-laki itu.

“Aku di sini untuk menghilangkan penat. Aku tidak tau harus pergi ke mana? Tidak ada seseorang yang bisa aku ajak bicara. Menjadi anak satu-satunya itu hadiah, sendiri itu bonusnya dan sepi itu sahabatnya. Aku di paksa menikah cepat oleh nenek ku, ia berfikir dia tidak akan bisa menemani ku lagi dan harus ada yang menggantikannya. Nenek menganggap menikah adalah jalan keluar bagi masalahnya. Kemudian saat ia pergi untuk selamanya dia akan tenang, karena tidak meninggalkan ku sendirian” curhatan laki-laki itu pada Yura, gadis yang belum satu jam ia kenal. Kenal? Bahkan mengetahui namanya saja belum.

“Lalu apa yang menjadi masalah? Kau tinggal menurutinya bukan? Menikalah dan jadilah bahagia, maka nenek mu akan tenang seumur hidupnya. Itukah yang di inginkan nenek mu?” Yura kembali meneguk minumannya dan mulai di kuasi oleh ilusi, khayalan dan dia sedikit mabuk.

“Kau anak satu-satunya yang masih beruntung, kau memiliki seorang nenek yang selalu mengkhawatirkan mu, dan terlihat sekali bahwa kehidupan mu amatlah tersangat mewah jika aku melihat dari setelan jas yang kau pakai. Salah satu merk yang hanya mengeluarkan dua setel jas bukan?” Yura memegang ujung kera jas yang di pakai oleh Jong Hyun. Jong Hyun tersenyum tipis melihat tingkah yang sudah sedikit kurang terkontrol karena pengaruh alkohol.

“Apa kau tau? Aku juga terlahir sebagai anak satu-satunya. Jika menurut mu itu adalah hadiah, sendiri itu bonusnya dan sepi itu sahabatnya. Tapi itu semua tidak berlaku bagi ku. Jika mungkin nenek mu meninggalkan mu dengan seorang gadis yang akan menjadi istri untuk menjaga mu. Ayah ku akan meninggalkan ku hanya dengan plakat yang bertuliskan RUMAH INI DISITA. Dan beberapa lembar tagihan hutang, benar-benar menyedihkan” Yura tanpa sadar telah menceritakan bagaimana kisah hidupnya meskipun belum semua ia ungkap. Jong Hyun mendengarkan dengan setia dan menunangkan wine nya untuk Yura minum. Hingga Yura kembali untuk bercerita.

“Tiga puluh juta dolar. Bagaimana bisa aku mendapatkan uang sebanyak itu? Bahkan bekerja paruh waktu selama setahun pun tidak akan bisa melunasinya. Lalu bagaimana dengan hidup ku? Sekarang aku tidak lebih dari seorang gelandangan. Tapi mana mungkin ada gelandangan secantik diri ku? Hahaha…. ini benar-benar menggelikan” Yura tertawa dan menepuk-nepuk bahu Jong Hyun.

“Sekarang katakan, apa kau tau bagaimana cara memperoleh uang dengan cara instan? Kau tau caranya? Ayolah beri tau aku…” Yura sudah benar-benar mabuk dan di tambah dengan pikirannya yang sedang kalut membuatnya menjadi semakin tidak terkontrol.

“Ku pikir hanya aku yang akan bercerita, tapi kau malah bercerita yang aku tidak tau akarnya” Jong Hyun meneguk wine nya yang ternyata sudah habis karena di minum oleh Yura.

“Cepat katakan…. di mana aku bisa mendapatkan uang secara instan! Apa aku harus merampok?…. mencuri? Katakan yang mana? … hahahaha” Yura benar-benar hilang kendali. Jong Hyun hanya diam dan tersenyum melihat tingkah Yura saat hilang kesadaran seperti ini. Kemudian Yura mulai hilang keseimbangan tubuhnya dan terjatuh di pundak Jong Hyun. Jong Hyun terdiam dan hanya melirik Yura yang sudah tertidur.

“Appa… kau… appa… yang… sangat jahat… aku benci kau…” gumam Yura tidak jelas, namun terdengar jelas oleh Jong Hyun. Yura masih berada di pundak Jong Hyun. Tiba-tiba Yura merasa perutnya penuh dan mual. Ia pun muntah dan mengotori pakaian Jong Hyun. Jong Hyun mengumpat kesal, namun lucunya setelah muntah Yura justru melingkarkan kedua tanganya pada leher Jong Hyun dan dengan keadaan teler ia berkata

“Ah, kenapa aku baru menyadari kalau kau setampan ini?…” bruk dan ia pingsan.

***

Cahaya mentari pagi menyeruak masuk ke sela-sela kelambu berwarna krem yang masih menutupi jendela yang berada di sebelah kanan ranjang. Yura menggeliat di atas ranjang dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya yang silau karena terpaan cahaya matahari. Seorang namja justru menarik kelambu hingga membuat cahaya bisa memasuki ruangan dengan bebas tanpa terhalang. Namun itu tidak membuat Yura terbangun karena ia masih bersembunyi di balik selimut putih. Namja itu membiarkannya, tidak membangunkannya. Namja itu mengambil handuk dan pergi untuk membersihkan diri.

Sepuluh menit kemudian namja itu keluar dari kamar mandi. Hanya berbalut handuk dari pinggang hingga lututnya dan tanpa sehelai kain yang menutupi badannya. Rambutnya basah dan beraroma shampo maskulin. Yura kembali menggeliat di atas ranjang dan mulai menyibak selimut yang menutupinya. Ia mengerjapkan kedua matanya, melihat sekeliling kamar yang cukup luas dengan perabotannya yang amat sangat tertata rapi. Ia bangun dan melihat Jong Hyun berdiri di hadapannya.

“Aaaaaakkkkhhhhh!!!!!” teriak Yura begitu melihat Jong Hyun hanya dengan handuk yang menutupi pinggang hingga lututnya. Jong Hyun tak kalah kaget dengan teriakan histeris Yura.

“Yak! Kenapa kau berteriak!” Jong Hyun membungkam mulut Yura. Dengan sigap Yura menjauhkan dirinya dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

“Kenapa aku di sini? Apa yang kau lakukan? Apa yang terjadi? Siapa yang mengganti pakaian ku?” pertanyaan tak terkontrol melesat dari mulut Yura. Jong Hyun menarik nafas panjang, berkacak pinggang dan memutar bola matanya.

“Kau sama sekali tidak mengingatnya? Bagaimana kau merayu ku dan memaksa ku untuk membawa mu ke rumah ku dan kau ingin sekali untuk tidur bersama ku? Kau sama sekali tidak mengingat bagaimana bahagianya kau malam itu saat kau berada di atas ranjang ku?” Jong Hyun menarik selimut yang di pegang erat oleh Yura.

“Merayu kau bilang? Dan aku merasa bahagia saat berada di atas ranjang mu?” Yura melirik ranjang yang tadi ia tiduri dengan nyaman dan sangat nyenyak.

“Tidak! Kau pasti berbohong!” Yura melayangkan jari telunjuknya ke arah Jong Hyun dan menuduh Jong Hyun berbohong dan hanya mengada-ada.

“Baiklah kalau kau tidak mengingat malam itu, itu tidak akan menjadi masalah. Lebih bersihkan dirimu agar kau bisa mengingat kejadian semalam.” ucap Jong Hyun. Ia mengambil pakaian ganti dari lemarinya dan meninggalkan Yura sendiri di dalam kamarnya. Sementara Yura hanya terdiam dan berusaha mengingat kejadian tadi malam.

Setelah sekitar dua puluh menit berusaha mengingat sembari membersihkan diri dan merapikan tampat tidur Jong Hyun. Barulah ia ingat bahwa semalam ia mabuk dan sudah muntah dan mengenai pakaian Jong Hyun.

“Aish! Bapoya bapo bapo bapo!!!” Yura mengumpati dirinya sendiri kesal dan memukul-mukul kepalanya.

“Lalu siapa yang mengganti pakaian ku?” Yura mengganti pakaian yang saat ini ia kenakan dengan pakaiannya sendiri yang ia ambil di dalam kopernya. Ia kemudian keluar dari kamar Jong Hyun. Dengan gaya mengendap-ngendap seperti maling dan melihat sekitar, Yura sedikit kagum dengan isi rumah Jong Hyun yang semua tertata rapi.

“Ini terlalu besar untuk di tinggali sendiri. Dengan tagihan perbulan 5 juta dolar perbulan, ku pikir ini benar-benar teramat mewah” Yura mengetahui banyak barang bermerk dan rumah mahal karena mengingat kehidupan sebelumnya adalah kurang lebih sama dengan kehidupan Jong Hyun. Sayangnya itulah hasil penggelapan uang.

Jong Hyun tengah sibuk di dapur mempersiapkan sarapan untuknya dan untuk tamu tidak di undangnya. Lima belas menit adalah waktu yang singkat untuk menyiapkan sarapan, tapi Jong Hyun sudah terbiasa. Ia menghampiri Yura yang sedang melihat-lihat figura foto yang terpajang rapi di meja ruang tengah.

“Apa yang kau lihat? Sarapan sudah siap.” Jong Hyun melipat tangannya dan bersandar pada tembok melihat Yura menyusuri figura foto yang di pajang.

“Ah, iya.” Yura sedikit salah tingkah dengan memegang tengkuknya. Ia mengikuti Jong Hyun berjalan menuju ruang makan. Yura speachless dengan semua makanan yang sudah siap di atas meja makan.

“Kau sendiri yang membuatnya?” Yura berdecak kagum melihat makanan yang begitu lezat sudah tertata rapi di hidangkan di atas meja makan.

“Kau melihat ada orang lain di rumah ku? Cepat makan, sebelum semuanya dingin.” Jong Hyun dengan baik menarikkan kursi untuk Yura dan mengambilkan segelas air mineral untuk Yura. Yura merasa canggung dan tidak enak hati karena sikap Jong Hyun, laki-laki yang belum ia ketahui namanya dan baru ia temui semalam.

“Kejadian semalam….. aku minta maaf….. dan terima kasih untuk pakaiannya, tapi siapa yang mengganti pakaian ku?” Yura masih penasaran tentang siapa yang mengganti pakaiannya.

“Aku” jawab Jong Hyun dingin dan itu membuat Yura tersedak. Jong Hyun tertawa.

“Kau tidak berharap aku berkata jujur kan? Aku menyuruh tukang laundry untuk menggantikan pakaian mu saat mereka datang untuk mengambil pakaian kotor ku karena ulah mu. dan kau tenang saja, pakaian mu juga sudah aku laundry kan. Jadi jangan khawatir” jawab Jong Hyun tenang dan yang sebenarnya.

“Apa? Seharusnya kau tidak perlu melaundry kan pakaian ku juga. Aku sudah banyak merepotkan mu, kenapa kau baik sekali pada ku? Aku akan mengganti uang laundry nya dan nanti biar ku cuci piring kotornya setelah sarapan. Setelah itu akan pergi. Sekali lagi terima kasih banyak untuk semua.” Yura berdiri dan membungkukkan setengah badannya sebagai rasa terima kasihnya kepada Jong Hyun.

“Hentikan! Sikap mu membuat ku geli” Jong Hyun menahan tawa melihat tingkah Yura. Yura kembali duduk dan menyantap sarapannya.

“Sejak bertemu semalam, kita melupakan sesuatu.” Jong Hyun membuka pembicaraan lain. Yura diam dan berfikir tentang hal apa yang dilupakan.

“Aku belum mengetahui siapa nama mu dan kau juga belum mengetahui siapa nama ku. Aku Lee Jong Hyun.” Jong Hyun mengulurkan tangannya dan menanti Yura menjabat tangannya dan memperkenalkan dirinya.

“Aku Kim Yura” Yura meraih dan menjabat tangan Jong Hyun. Ia masih bersikap malu-malu dan suasana terasa canggung.

“Aku harus berangkat kerja. Aku akan kembali secepat mungkin sebelum makan malam. Jangan pergi sebelum aku benar-benar kembali.” Ucap Jong Hyun sembari bersiap berangkat setelah mengakhiri sarapan paginya dengan segelas susu hangat.

“Kau melarang ku pergi? Kenapa? Lalu apa yang ku lakukan di rumah mu? Aku harus mencari pekerjaan dan rumah tinggal.” Yura mengelak untuk tinggal di rumah Jong Hyun sampai Jong Hyun kembali bekerja.

“Kau sudah berjanji untuk mencuci piring dan kenapa tidak sekalian membersihkan seisi rumah ku? Anggap saja itu ganti uang laundrynya. Aku pergi. Ingat jangan pergi sebelum aku kembali.” Jong Hyun kembali memperingatkan Yura untuk tidak pergi sebelum ia kembali. Yura tidak mengerti kenapa Jong Hyun melarangnya pergi. Yura berkacak pinggang dan bergumam saat Jong Hyun sudah pergi.

“Kenapa dia begitu keras melarang ku pergi?….. apa dia menyukai ku?” Yura mulai berasumsi bahwa Jong Hyun mulai menyukainya. Dan pintu kembali membuka dan Jong Hyun kembali muncul dan mengagetkan Yura.

“Ingat! Jangan pergi ke mana-mana!” Jong Hyun melayangkan jari telunjuknya ke arah Yura sebagai peringatan kerasnya.

“Ah, iya iya aku tidak akan pergi, dan saat kau pulang akan kupastikan seisi rumah mu bersih dari debu. Selamat bekerja tuan, semoga hari mu menyenangkan.” Yura membungkukkan setengah badannya memberi hormat pada Jong Hyun seolah-olah Jong Hyun adalah majikannya. Jong Hyun hanya tersenyum geli dan kemudian ia benar-benar pergi meninggalkan Yura sendiri di rumahnya.

“Dasar laki-laki yang aneh” gumam Yura dan mulai membersihkan piring kotor.

***

Empat puluh menit kemudian Jong Hyun sudah berada di kantor. Tidak banyak pekerjaan yang harus Jong Hyun kerjakan. Hanya beberapa dokumen yang harus ia teliti dan di tanda tangani. Setelah di rasa tidak ada pekerjaan lagi, ia bergegas meninggalkan kantor. Entah apa yang dipikirkan Jong Hyun, ia merasa tidak tenang dan ingin terus berada di rumah bersama dengan Yura. Gadis yang baru ia kenal semalam di klub malam.

Jong Hyun mengunjungi neneknya di rumah sakit. Ia senang melihat keadaan neneknya yang sudah membaik dan dokter memberi kabar baik bahwa nenek Jong Hyun bisa pulang besok. Nenek Jong Hyun merasakan bahwa cucunya sedang tidak tenang dan memikirkan sesuatu.

“Kau bilang senang karena melihat nenek sudah sembuh. Tapi kenapa kau masih terlihat mengkhawatirkan sesuatu? Ada apa Jong Hyun? Ceritakanlah pada nenek. Apa ini mengenai permohonan nenek?” nenek Jong Hyun bertanya dengan lembut dan pelan. Ia tidak suka melihat cucunya menyembunyikan sesuatu darinya.

“Tidak nek, aku baik-baik saja. Mungkin aku sedikit kelelahan. Aku akan pulang dan beristirahat di rumah” Jong Hyun berdalih bahwa ia ingin beristirahat di rumah. Nenek Jong Hyun tersenyum dan mengiyakan untuk cucunya pulang dan beristirhata di rumah. Jong Hyun pun meninggalkan neneknya dan pulang.

Tiga puluh menit kemudian Jong Hyun sudah sampai di gedung apartment rumahnya. Setelah memakirkan mobilnya, ia bergegas turun dan menuju lift yang akan membawanya ke lantai lima belas. Begitu lift sampai di lantai lima belas dan pintu terbuka, ia mempercepat langkah kakinya menuju pintu rumahnya. Dengan keinginan yang menggebu-gebu dan hati yang berdebar-debar Jong Hyun memasuki rumah dan mencari keberadaan Yura.

“Yura-ah… Kim Yura” Jong Hyun berteriak-teriak mencari keberadaan Yura. Yura tidak bisa mendengar suara Jong Hyun karena ia berada di dalam kamar mandi sedang membersihkan kamar mandi. Jong Hyun akhirnya mendapati Yura di kamar mandi dan membuat Yura kaget.

“Kau sudah pulang? Ini bahkan belum jam makan siang, kau bilang sebelum makan malam. Ada apa? Ada yang tertinggal?” Yura berdiri dan menghampiri Jong Hyun.

“Yura-ah…” Jong Hyun menatap lekat mata Yura dan meraih tangannya. Yura terdiam dan merasa sedikit aneh dengan sikap Jong Hyun.

“Menikahlah dengan ku”

To be continued….

ocehan author : kyyyyaaaaa….. akhirnya dhytha bisa nepatin janji dengan ngepost FF dengan judul dan cerita yang masih fresh from the oven… wkwkwkwk 😀 lagi niat banget ini soalnya, makanya prosesnya cepet 😀 jangan lupa tinggalkan comment kalian, jangan jadi readers yang pendiam dong…. bye bye, sampai jumpa di chapter berikutnya… 😀

FF Destiny Chap 1 [EXO A-PINK INFINITE]

destiny

Hy readers, apa kabar? duh sepertinya ini blog kurang terurus. author di sini pada ke mana semua ya? sayang banget sebenernya kalo gak keurus kayak gini. oh ya, aku ngepost FF destiny ini buat ngeramein blog ini, sebenarnya FF ini sebelumnya uda aku post di blog aku sendiri http://www.dhythakoreanlovers.blogspot.com jika kalian masih ingin tau kelanjutannya silahkan kunjungi blog pribadi aku. yang sudah pernah baca jangan lupa tinggalkan comment. dan itu bukan berarti aku cuma promote blog pribadi aku aja. aku juga bakalan ngeramein blog ini kok dengan menyuguhkan cerita FF yang masih fresh from the oven 😀 (Lah kayak cupcake aja :D) Author bakal post cerita FF yang baru di blog ini. dan semoga itu bisa membantu blog ini rame kembali. uda ah, author kebanyakan ngoceh ya? hehehe 😀 maafkan dengan pembicaraan yang kurang jelas ini… bye bye… sampai ketemu di cerita FF selanjutnya… :* 🙂 😀

Previous Older Entries